Menu

Dark Mode

Berita

Selain Sampah-Drainase Buruk, Penambangan Biang Banjir Rendam Rembang

badge-check


					Joko Proyanto Ketua JMPPK. (Foto: Istimewa) Perbesar

Joko Proyanto Ketua JMPPK. (Foto: Istimewa)

Rembang – Banjir besar yang melanda Kabupaten Rembang baru-baru ini telah menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan, tidak hanya bagi warga setempat tetapi juga bagi lingkungan.

Aktivis lingkungan Joko Priyanto, yang akrab disapa Jokopri sekaligus Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), mengutarakan bahwa bencana tersebut bukan hanya disebabkan oleh penumpukan sampah, melainkan juga oleh tindakan manusia yang sembrono.

Dalam pernyataanya, Jokopri menyoroti bahwa banjir ini adalah hasil dari ulah manusia sendiri. Jika kita terus menerus mengabaikan keseimbangan alam, maka bencana seperti ini akan menjadi hal yang biasa.

Ia menuturkan bahwa maraknya penambangan yang terjadi di Rembang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah memperburuk keadaan lingkungan.

“Penambangan yang tidak terencana akan merusak tanah dan mengganggu sistem hidrologi. Ini adalah bencana yang kita ciptakan sendiri,” ujarnya.

 

Jokopri (tengah) bersama masyarakat peduli pegunungan kendeng, saat foto bersama di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang. (Foto: Istimewa)

Jokopri memperingatkan, apabila kita tetap membiarkan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan secara serampangan ini, dampaknya akan sangat berbahaya bagi masyarakat Rembang.

“Kita tidak bisa hanya menyalahkan alam, tetapi harus melihat ke dalam diri kita sendiri,” terang Jokopri.

Ia mengajak agar masyarakat dan pemerintah bersama-sama mengambil langkah konkret untuk menjaga kelestarian lingkungan dan tidak hanya mengandalkan solusi sementara.

Banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Rembang beberapa waktu yang lalu, seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak.

“Kesadaran akan lingkungan harus ditanamkan sejak dini. Kita harus berani bertindak dan membuat perubahan yang signifikan, bukan hanya untuk kita, tetapi untuk generasi mendatang,” tegas Jokopri.

Dengan lantang, Jokopri dan aktivis lainnya menuntut tindakan nyata dari pemerintah untuk menghentikan praktik penambangan yang merusak.

“Kita tidak bisa menunggu sampai bencana lebih besar terjadi. Saatnya untuk beraksi sebelum terlambat,” pungkas Jokopri.

 

(roy/daf)

Baca Juga

Soekarno Cup U-15 Dongkrak Ekonomi UMKM Sekitar

24 June 2025 - 19:03 WIB

Risetcar Rembang Salurkan Bantuan Sosial ke Panti Asuhan Darul Falah Sridadi

23 June 2025 - 18:06 WIB

Mata Hati Malasigi: Ketika Suara Hutan Menjadi Harapan

23 June 2025 - 13:45 WIB

SMKN 1 Sedan Menang Telak di Final NEBULA CUP

22 June 2025 - 21:23 WIB

BPN Rembang Disomasi Terkait Sengketa Tanah, Diduga Ada Keterlibatan Parpol

21 June 2025 - 17:41 WIB

Trending di Berita