Rembang – Tradisi Kirab Pusaka kembali digelar untuk memeriahkan Hari Jadi ke-284 Kabupaten Rembang, Sabtu (26/7). Prosesi sakral ini berlangsung khidmat di Pendopo Museum Kartini, diwarnai nuansa kultural dan makna filosofi yang mendalam.
Kirab dimulai usai prosesi tirakatan yang digelar malam sebelumnya. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Muttaqin, menjelaskan bahwa kirab pusaka tak sekadar seremoni, tapi merupakan simbol kekuatan dan perlindungan bagi daerah.
“Tadi malam kita sudah laksanakan tirakatan, puncaknya adalah mengeluarkan pusaka dari museum ke pendopo. Pagi ini kita kirabkan di sekitar lingkungan Kadipaten. Pusaka ini simbol Kabupaten Rembang,” ujar Muttaqin kepada rembangsepekan.
Menurutnya, pusaka tersebut diyakini sebagai lambang kekuatan dan tameng dari segala marabahaya.
“Kenapa dikirab? Karena ini lambang kekuatan dan perlindungan dari gangguan,” tegasnya.
Rute kirab dimulai dari Pendopo Museum Kartini, berlanjut mengelilingi Alun-Alun Rembang. Uniknya, di setiap simpang jalan, tarian Gambuh ditampilkan. Tarian klasik ini sarat makna, sebagai simbol penolak bala dan pembersih rintangan hidup.
“Kita tampilkan tarian di tiap perempatan. Filosofinya, di simpang hidup pasti ada godaan. Dengan tarian ini, kita bersihkan halangan agar Rembang selalu selamat,” jelasnya.
Prosesi juga menampilkan ritual pembuangan bunga oleh penari yang berputar sambil membawa tombak. Ini melambangkan proses ruwatan atau pembersihan dari unsur negatif.
“Penari berputar dengan tombak itu maknanya membersihkan. Bunga yang dibuang simbol dari rintangan atau kotoran yang harus disingkirkan,” tambahnya.
Kirab tahun ini mengusung tema “Bangkit Menuju Rembang Sejahtera”. Warga tampak antusias mengikuti jalannya prosesi budaya ini.
“Terima kasih masyarakat sudah mendukung peringatan Hari Jadi Rembang ke-284,” tutup Muttaqin.
(kyv/daf)