REMBANG – Dalam momentum Hari Tani Nasional, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Rembang, Muhammad Asrori, menyoroti potensi sekaligus persoalan yang dihadapi petani, khususnya pada komoditas ketela.
Menurut Asrori, Rembang memiliki banyak komoditas pertanian yang bisa menjadi unggulan. Selain padi dan jagung yang saat ini surplus, ketela juga menjadi andalan petani di sejumlah kecamatan. Namun, harga jual yang rendah membuat petani belum bisa menikmati hasil panennya.
“Ketela ini di Rembang banyak sekali ditanam. Tapi lagi-lagi terkendala harga jual. Kami di HKTI akan mendorong pemerintah agar menetapkan harga yang sesuai, supaya petani ketela bisa tersenyum lagi,” ujarnya.
Asrori menyebut, saat ini harga ketela berkisar Rp1.200 per kilogram. Angka tersebut dinilai masih jauh dari harapan.
“Idealnya di atas Rp2.000 per kilogram. Kalau harga naik, semangat petani untuk menanam ketela juga akan meningkat, sehingga ekonomi mereka ikut terangkat,” tambahnya.
Beberapa wilayah yang menjadi sentra ketela di Rembang di antaranya Kecamatan Sulang, Sumber, Gunem, dan sebagian lahan perhutani yang disewa petani.
Lebih jauh, Asrori mengungkapkan adanya rencana perwakilan petani ketela dari seluruh Indonesia untuk bertemu Presiden. Pertemuan itu diharapkan dapat membahas penetapan harga pokok pembelian (HPP) ketela.
“Informasinya, setelah Presiden kembali dari kunjungan ke New York, agenda ini akan segera dilaksanakan,” terangnya.
HKTI Rembang berharap kebijakan harga dasar ketela dapat segera diputuskan agar komoditas tersebut, menyusul padi dan jagung, juga bisa surplus dan memberikan kesejahteraan bagi petani.
(daf/daf)