Rembang – Dunia maya khususnya platform TikTok tengah diramaikan oleh unggahan dari akun Netizen Rembang yang menyinggung dugaan tindakan tidak pantas oleh dua aparatur sipil negara (ASN) di dalam sebuah musala yang berada di wilayah Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang.
Narasi yang menyertai video tersebut sontak menghebohkan warganet.
“Geger Geden Cah! Oknum PPPK & PNS diduga lagi ‘hahakhihek’ Dalam Musola. TKP Kecamatan Pancur.”
Video ini langsung menarik perhatian masyarakat dan menyulut berbagai tanggapan dari pengguna media sosial. Dalam waktu singkat, kabar tersebut menyebar luas di kalangan warga Rembang.
Lokasi kejadian diduga berada di musala yang terletak di Desa Langkir, Kecamatan Pancur. Kepala Desa Langkir, Supriyanto, mengakui bahwa desas-desus mengenai kejadian tersebut sempat menjadi bahan pembicaraan masyarakat.
“Sebenarnya sudah lama isu ini terdengar di desa, tapi warga memilih diam karena orang yang diduga terlibat punya kedekatan dengan keluarga terpandang di sini,” ujar Supriyanto saat ditemui pada Jumat (1/8/2025).
Ia menuturkan bahwa sebagian warga mengetahui kejadian itu, namun tak berani menegur langsung. Alasannya, karena salah satu dari ASN yang disebut-sebut dalam video merupakan menantu dari sosok yang cukup dihormati di desa tersebut.
“Yang bersangkutan ini punya hubungan keluarga dengan tokoh masyarakat, jadi warga lebih memilih untuk tidak ikut campur. Tahu, tapi tidak ingin terlibat,” imbuhnya.
Berdasarkan penjelasan Supriyanto, peristiwa yang kini jadi sorotan itu sebenarnya terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya di bulan April sekitar pukul dua siang. Kedua ASN itu dikabarkan berada dalam musala dalam kondisi pintu tertutup selama sekitar satu jam.
“Kejadiannya bukan baru, sudah beberapa bulan lalu. Kira-kira sekitar jam dua siang di bulan April. Mereka di dalam musala dengan kondisi tertutup. Apa yang mereka lakukan, saya tidak tahu pasti,” tuturnya.
Ia menyayangkan insiden tersebut karena menurutnya telah mencoreng nama baik desanya. Apalagi, bangunan musala yang menjadi tempat kejadian justru dibangun oleh keluarga dari salah satu pihak yang diduga terlibat.
“Sayang sekali, ini mencoreng nama desa kami. Padahal musala itu dibangun oleh mertua dari salah satu ASN tersebut, yang juga merupakan pensiunan dan dihormati warga. Keduanya adalah pegawai Puskesmas. Kami serahkan sepenuhnya penanganan kasus ini ke instansi yang berwenang,” pungkas Supriyanto. (kyv/daf)