Rembang – Kabupaten Rembang bakal merayakan ulang tahunnya yang ke-284 pada 27 Juli 2025. Meskipun digelar lebih sederhana dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan kali ini tetap kental dengan nuansa budaya dan tradisi lokal.
Rangkaian kegiatan dimulai beberapa hari sebelum hari H, dengan agenda yang dibagi ke dalam dua bagian utama: ritual dan seremoni. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Rembang, Mutaqin, mengatakan kegiatan ini bukan sekadar seremonial, tapi juga sarat nilai sejarah.
“Intinya, ini momentum untuk merekatkan kembali identitas sejarah dan budaya Rembang. Kita ingin masyarakat tidak sekadar ikut merayakan, tapi juga mengerti asal-usul daerahnya,” kata Mutaqin kepada rembangsepekan.com, Jumat (4/7/2025).
Ziarah Tokoh Bersejarah dan Doa Bersama
Ritual dimulai dengan ziarah ke makam sejumlah tokoh penting yang punya peran dalam sejarah Kabupaten Rembang. Beberapa di antaranya adalah makam Pangeran Sedo Laut di kompleks Masjid Agung Rembang, serta makam K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat-suami dari R.A. Kartini.
Tak hanya tokoh pemerintahan, ulama seperti Sunan Bonang juga turut diziarahi. “Ini sebagai bentuk penghormatan dan pengingat bahwa sejarah Rembang tidak lepas dari peran para leluhur,” ujar Mutaqin.
Malam harinya, pada 26 Juli, akan digelar doa bersama di halaman Museum R.A. Kartini. Uniknya, doa tidak hanya dilakukan secara keagamaan lewat tahlil, tapi juga secara budaya lewat pembacaan macapatan atau tembang Jawa klasik.

Mutaqin Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang, saat ditemui rembangsepekan.com, Jumat (4/7/2025). (Foto: rembangsepekan.com)
Kirab Pusaka dan Tarian Penolak Bala
Salah satu momen yang paling ditunggu adalah kirab pusaka. Tiga pusaka milik Kabupaten Rembang, termasuk tombak Trisula, bakal diarak mengelilingi halaman Museum Kartini. Acara kirab ini juga akan diselingi dengan penampilan tari Gambuh, yang dipercaya sebagai simbol tolak bala.
“Kirab ini bukan sekadar acara hiasan. Ia punya makna spiritual, bahwa kita berharap daerah ini senantiasa dijauhkan dari bahaya,” ujar Mutaqin.
Sendratari, Sarasehan, hingga Wayangan
Selain kirab, perayaan hari jadi juga akan menampilkan sendratari Rembang Sakawit yang mengangkat legenda asal-usul nama Rembang. Di siang harinya, sarasehan sejarah akan digelar untuk mendalami bagaimana Kabupaten Rembang terbentuk dan berkembang.
Sebagai penutup, malam puncak perayaan pada Sabtu (26/7) akan diisi pagelaran wayang kulit di pendapa Museum R.A. Kartini. Menariknya, dalang yang akan tampil adalah seniman muda asli Rembang.
Upacara Adat Pakai Bahasa Jawa
Keesokan harinya, Minggu (27/7), digelar upacara resmi peringatan HUT Rembang. Semua peserta diwajibkan mengenakan busana adat dan menggunakan bahasa Jawa selama upacara berlangsung.
“Ini cara kita menunjukkan bahwa budaya masih hidup dan relevan, tidak hanya menjadi hiasan masa lalu,” pungkas Mutaqin.
Pemerintah Kabupaten Rembang berharap perayaan ini menjadi ajang edukasi sekaligus pelestarian budaya, bukan sekadar tontonan tahunan.
(kyv/daf)