Menu

Dark Mode

Kuliner

Mencicipi Ikan Asap Khas Plawangan: Tradisi Rasa yang Autentik Pesisir Rembang

badge-check


					Sentra ikan asap di Desa Plawangan, Kragan, Rembang. (Foto: Doni Setiawan/rembabgsepekan.com) Perbesar

Sentra ikan asap di Desa Plawangan, Kragan, Rembang. (Foto: Doni Setiawan/rembabgsepekan.com)

Rembang – Aroma khas dari asap kayu bakar menyeruak dari dapur-dapur sederhana di Desa Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Di sinilah, sebuah tradisi kuliner dijaga dengan sepenuh hati, ikan asap, makanan khas pesisir yang telah diwariskan lintas generasi.

Letak Desa Plawangan yang berada di pesisir pantai menjadikan sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai nelayan. Laut bukan sekadar sumber nafkah, tapi juga sumber cita rasa.

Ikan-ikan segar yang baru saja ditarik dari jaring kemudian diolah secara tradisional menjadi ikan asap, lauk khas yang kini semakin digemari, bukan hanya karena rasanya, tetapi juga karena kandungan gizinya yang tinggi.

“Ikan asap ini sudah lama ada di sini, sudah turun-temurun dan menjadi usaha rumahan mayoritas warga,” ujar Yasmi, salah satu pengolah ikan asap yang sudah menekuni usaha ini lebih dari satu dekade.

Ditemui di rumah produksinya yang sederhana, Yasmi tampak cekatan menyusun potongan ikan di atas para-para untuk diasapi.

Tak hanya Yasmi, Tuti, warga lainnya yang juga menggeluti usaha serupa, menegaskan bahwa ikan asap sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Plawangan. Namun, menurutnya, meski diwariskan dari generasi ke generasi, olahan ini bukan sebuah tradisi dalam artian seremoni, melainkan lebih pada kebiasaan hidup sehari-hari.

“Kalau disebut tradisi sih bukan, tapi bisa dibilang turun-temurun, dari nenek moyang. Sekarang ya jadi lauk pokok sehari-hari,” jelas Tuti.

Ikan-ikan yang digunakan pun bukan hasil tangkapan sembarangan. Mereka membeli langsung dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) setempat, seperti TPI Pandangan dan TPI Karanganyar. Ikan pari, salem, kalis, trunul, hingga ikan layang, menjadi pilihan yang paling umum untuk diasapi.

Yang membuat olahan ini istimewa adalah prosesnya yang masih sepenuhnya alami. Tanpa pengawet kimia, hanya mengandalkan asap dan waktu.

Meski demikian, ikan asap dari Plawangan bisa bertahan selama 2-3 hari di suhu ruang. Jika disimpan dalam kulkas, bisa lebih lama lagi, meski teksturnya akan sedikit berubah.

“Kita gak pernah pakai bahan kimia, semua alami. Kalau disimpan di suhu ruang, bisa tahan sampai tiga hari. Tapi kalau masuk kulkas, bisa lebih lama. Cuma nanti jadi lebih keras, gak kenyal seperti saat masih segar,” ungkap Tuti.

Harga ikan asap bervariasi, tergantung pada jenis dan ukuran ikan. Ikan pari dijual Rp15 ribu per potong, ikan kalis dan salem Rp10 ribu, sedangkan ikan layang atau ‘ikan gatel’ bisa didapat dengan harga Rp4.000 per ekor.

Setiap pagi, olahan ikan asap dari Desa Plawangan ini diantar ke berbagai pasar tradisional di Rembang dan sekitarnya. Meski hanya usaha rumahan, keberadaan ikan asap ini menjadi bukti bagaimana kearifan lokal dan rasa cinta pada laut bisa menjadi kekuatan ekonomi sekaligus warisan budaya kuliner yang patut diapresiasi.

 

(wan/daf)

Baca Juga

Potret Suram Pantai Plawangan: Ketika Pantai Menjadi Tempat Sampah

9 June 2025 - 20:32 WIB

Truk Muat Teh Botol Terguling di Rembang, Sopir Selamat

9 June 2025 - 14:01 WIB

Direktur IFHI Gus Yaqut Kunjungi Gedung BangkitTV di Rembang

8 June 2025 - 14:33 WIB

Bareng Keluarga, Gus Yaqut Berakhir Pekan di Kedai HitamPutih Rembang

8 June 2025 - 13:51 WIB

Terduga Pelaku Pelecehan Gadis di Bawah Umur di Rembang Oknum Pegawai Perhutani

7 June 2025 - 21:57 WIB

Trending di Berita