Rembang – Di tengah teriknya cuaca Pantura, tak ada yang lebih menyegarkan selain meneguk segelas legen dingin, minuma manis alami yang berasal dari air nira pohon aren. Legen telah lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat Rembang, sebagai minuman sehat yang menggugah selera.
Sepanjang jalan penghubung Sulang–Sumber, Kabupaten Rembang, para pedagang kaki lima menjajakan minuman dan camilan tradisional berbahan dasar nira. Salah satunya adalah Rahmi, warga Desa Pranti, Kecamatan Sulang, yang telah berjualan sejak 23 tahun lalu.
“Saya di sini jual legen, siwalan, dumbeg, dan gula,” ujarnya ramah saat ditemui rembangsepekan.com.
Di antara semua, legen tetap menjadi primadona para pelanggan. Legen dan siwalan, meski berasal dari pohon yang sama, ternyata memiliki proses panen yang berbeda.
“Sebenarnya pohonnya sama, tapi kalau kita ambil airnya, buah siwalannya nggak keluar. Sebaliknya, kalau ambil buahnya, nggak bisa disadap airnya,” jelas Rahmi.
Keunikan proses ini menjadikan legen sebagai produk eksklusif musiman yang tidak selalu tersedia sepanjang tahun. Warnanya yang bening kekuningan, rasanya yang manis alami, dan sensasi segarnya yang khas membuat minuman ini begitu digemari, tak hanya oleh warga lokal, tapi juga para pelancong yang melintas.
Legen dijual dengan harga terjangkau, yakni Rp15.000 per botol 1,5 liter. Selain itu, tersedia juga olahan lain seperti gula aren seharga Rp40.000 dan gula jawa seharga Rp13.000. Semua dibuat secara tradisional dan alami tanpa bahan pengawet.
Selain menyegarkan, legen dan produk olahan nira lainnya juga mengandung berbagai nutrisi seperti vitamin, mineral, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh. Tak heran jika minuman ini semakin diminati sebagai alternatif sehat di tengah tren gaya hidup alami.
Dengan potensi rasa, manfaat, dan nilai ekonomis yang dimilikinya, legen bukan hanya warisan budaya yang patut dilestarikan, tapi juga peluang usaha yang menjanjikan bagi masyarakat lokal. Rembang pun layak disebut sebagai salah satu pusat minuman tradisional paling autentik di Jawa Tengah ini.
(wan/daf)